Artikel

HUKUM SHADAQALLAHU AL-ADHIM

Oleh: Ust. Saiful Anwar, Lc., M.A., Hafidzohullah

Kalimat صَدَقَ اللّٰه الْعَظِيْمُ  adalah termasuk kalimat pujian kepada Allah. Kalimat pujian kepada Alloh merupakan Ibadah karena mengucapkannya mendapat pahala. Meskipun kita tidak sedang membaca Al qur’an, kalimat ini kita baca ketika kita melihat sebuah realita di hadapan kita yang sesuai dengan keterangan dalam Al-Quran. Semacam inilah salah satu kesempatan, di mana dzikir shadaqallah layak untuk kita ucapkan. Sebagai representasi pengakuan hati kita akan kebenaran firman Allah.

Hal ini pernah dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam hadis dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan, ada seorang yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengadukan keadaan saudaranya,“Saudaraku sakit perut.” Ucap sahabat. “Beri minum madu.” Saran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Setelah pulang dan memberinya madu, ternyata sakitnya belum kunjung sembuh. Orang inipun datang lagi dengan keluhan yang sama. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap menyarankan, “Beri minum madu.” Sampai akhirnya yang keempat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap meyakinkan orang ini melalui sabdanya

صَدَقَ اللّٰهُ, وَكَذَبَ بَطْنُ ٲَخِيْكَ, اسْقِهِ عَسَلًا فَسَقَاهُ فَبَرَٲَ

“Allah Maha Benar, dan perut saudaramu yang dusta. Beri minum madu.”

Orang inipun memberinya madu untuk kesekian kalinya, kemudian sembuh. (HR. Bukhari 5684 dan Muslim 2217)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan kalimat itu padahal beliau tidak sedang membaca Al-Quran. Beliau sampaikan itu karena suasana hati beliau untuk membenarkan firman Allah tentang khasiat madu,

يَخْرُ جُ مِنْ بُطُوْ نِهَا شَرَا بٌ مُخْتَلِفٌ ٲَلْوَ انُهُ فِيْهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ ٲِنَّ فِيْ ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl: 69).

Shadaqallahul ‘adhim adalah kalimat yang benar maknanya. Karena Allah adalah Al-Haq, Dzat Yang Maha Benar. Namun syariat juga mengajarkan agar kalimat yang benar, diposisikan di tempat yang benar, agar menghasilkan amalan yang benar. Karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan berbagai doa untuk berbagai kesempatan yang berbeda. Beliau mengajarkan doa makan, memakai pakaian, masuk toilet, keluar toilet, hendak tidur, bangun tidur, keluar rumah, masuk rumah, setelah bersin, dst. Dan lafalnya berbeda-beda.

Tentu saja kita tidak akan membaca doa ini di posisi yang tidak diajarkan. Rasulullah saw tidak mengajarkan Sahabat setiap mengakhiri bacaan Al qur’an dengan Shadaqallahul ‘adhim artinya tidak disebutkan dalam hadits “ rasulallah membaca Shadaqallhul’adhim setiap mengakhiri bacaan Al qur’an”. Jadi tidak di anjurkan membaca Shadaqallahu’adhim setiap mengakhiri bacaan Al qur’an karena tidak ada contohnya dari Rasulullah saw. Wallahu’alam.

Bagika Artikel ini:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram